Tuhan, aku kesal.
Aku kesal kepada mereka. Makhluk yang Kauciptakan (katanya) mempunyai akal. Bukankah, seharusnya mereka berpikir? Tapi, kurasa tidak. Semakin lama ulahnya membuatku geram. Ada saja hal yang dilakukan untuk menyakitiku. Kini aku menderita komplikasi, suhu tubuhku terus bertambah panas hingga kutub-kutub es lelah membeku. Mereka masih tidak peduli. Bahkan, suhu tubuhku sudah mencapai titik terpanasnya. Tingkat kadar CO2 di dalam atmosferku mengalami peningkatan, seperti yang diketahui co2 merupakan penyebab terjadinya efek rumah kaca yang
menyebabkan suhu badanku menjadi panas, sampai 1.500 tahun terakhir belum pernah terjadi sebelumnya.
Jika mereka masih tidak ada niat untuk menyayangiku, maaf saja jika mereka tak akan lagi punya tempat tinggal. Bukankah mereka tahu tentang pemanasan global? Penyebab dan segala dampak yang terjadi? Namun, mengapa mereka masih tak henti-hentinya menyakitiku? Apa yang ada dalam benak mereka, Tuhan ?
Tuhan, mungkin aku terlalu egois untuk menuliskan ini, terkesan aku yang sangat haus cinta mereka. Iya, memang. Aku rindu cinta mereka. Aku rindu belai lembut mereka saat menjagaku. Ramahnya senyuman yang membuatku teduh. Genggaman erat yang membuatku merasa aman. Tidakkah mereka ingat kasih sayang aku dan mereka bersimbiosis mutualisme? Jika mereka menyayangiku maka akan menguntungkan hidupnya dan juga sebaliknya. Mungkin, mereka hanya lupa ya, Tuhan?
Tuhan, aku masih ingin menyayangi mereka. Aku masih menunggu mereka merubah kesalahannya. Tapi, izinkan aku marah sebentar karena kesabaranku yang sudah di ambang batas ini.
Jadi, jika aku meludahi mereka dengan banjir, meniup-niupnya dengan angin, sedikit menggetarkannya dengan gempa, atau membatukinya dengan lava dan lahar. Tidak apa-apa ya, Tuhan? Aku hanya ingin membangunkan kesadarannya sebentar saja supaya kita bisa saling menyayangi lagi :')
Salam,
Bumi
(Surat ini ditulis dengan sedikit rasa kesal dan penuh rasa cinta)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar