Kepada: sang petualang

Kepada: sang petualang @tamagustaman
Hai, tuan yang suka berpetualang. Tempat mana lagi yang akan kautuju? Gunung dengan ketinggian berapa meter di atas permukaan laut mana lagi yang akan kaudaki? Perairan -yang alam bawah lautnya seperti surga- sebelah mana lagi yang akan kauselami? Pulau terpencil mana lagi yang kan kausinggahi? Akan terdampar di pantai dengan pasir yang seperti apa lagi? Atau perjalanan sejauh apa lagi yang akan kautempuh di nusantara ini?
Aku tahu kauingin sekali menjelajahi seisi nusantara ini. Kau hebat, tuan. Bolehkah aku ikut denganmu? Tapi, bagaimana bisa? Terdampar di sudut matamu saja, rasanya sudah tersesat dan tidak ingin pulang. Menyelami dasar hatimu membuatku tenggelam dan tak ingin mendarat lagi. Mengarungi derasnya aliran darahmu sudah memacu adrenalinku. Bahkan, singgah di pikiranmu pun sudah membuatku tenteram dan merasa tinggal di sana. Jadi, aku tidak perlu ke mana-mana lagi kan?
Tapi, perjalanamu sangat menarik untuk diikuti aku baca di sini. Apa saja yang sudah kautemui dari perjalananmu itu?
Tahukah ada yang lebih menarik dari perjalananmu itu?
Perjalanan yang sedang kita tempuh di dalam pijakan bernama waktu. Di mana detik-detiknya terasa diam, padahal mereka sedang melaju, mengiringi, dan menyaksikan kita. Bukan hanya kaki yang berjalan, melainkan mata, hati, jiwa, dan pikiran yang harus bergerak seirama. Kita harus melewati jalur yang lebih terjal dari pendakian tersulit yang pernah kaulalui. Menghadapi ombak bernama amarah yang mungkin tiba-tiba datang dan menyeret kita ke tepi perjalanan. Atau kerikil-kerikil tajam yang siap menimpuki kita dan menimbulkan luka di dalamnya. Tak jarang kita temui sungai bernama ego yang arusnya begitu deras, tapi harus kita lawan. Bahkan, ada lubang-lubang kecil bernama jenuh yang mungkin dapat membuatmu terjerembap atau berhasil melompatinya. Hingga pada akhirnya kita sampai di persimpangan tentang bertahan atau menyerah.
Mengarungi perjalanan ini tidak mudah. Tapi, detik-detik pernah berbisik bahwa kita telah berhasil melewatinya, telah banyak tapak yang diukir dalam perjalanan ini, sebuah cerita yang telah terbingkai manis dalam dinding perjalanan. Seperti saat kita pernah saling melukai lalu saling menyembuhkan, saat kita lelah lalu saling menyemangati, saat kita melenguh dalam peluh, berpeluk dalam rindu, bergenggaman erat pada mimpi yang telah kita satukan, dan bernapaskan doa yang sama.
Tuan, perjalanan ini masih harus ditempuh dan kita hanya perlu menikmatinya.
Tidak banyak bertanya "seberapa jauh kita sudah" dan "seberapa jauh kita akan" adalah salah satu cara menikmati perjalanan. Masih banyak aral dan rintangan yang akan kita lalui. Jangan lupa memakai sabuk bernama kekuatan dan membawa bekal berupa sabar dan tawakal. Membagi tugas dalam perjalanan seperti; membuatmu merasa nyaman dalam perjalanan adalah tugasku, membuatku merasa aman adalah tugasmu, menepis segala rintangan yang ada dan menanam pohon-pohon kebahagiaan yang akan menjadi tempat kita berteduh adalah tugas kita. Jangan lupa membaca doa dan berhati-hati dalam melangkah. Selamat berpetualang. ;)






tertanda, 
petualang hatimu


4 komentar

  1. ga ada komentar lain selain ini :")

    BalasHapus
  2. tak ada balasan lain selain ini {}

    BalasHapus
  3. saya yakin, kalian adalah petualang yang sangat tangguh dan luar biasa menuju tempat yang memiliki keidahan paling indah :') sangat mengagumkan chinta :p

    BalasHapus
  4. amiin terima kasih :')
    wah senangnya dikomen sama sastrawan :p

    BalasHapus